Have i ever told u about........?

Sekedar pengisi blog aja. Gua bingung ngisi apa tapi penasaran harus nge-post di blog. Entah efek apa ini, keju ato semur gurih?

NB:
Ah, i've started to learn how to play violin. It's not so tough ya? Or guanya aja yang masih cupu? Ah sudahlah.

Published with Blogger-droid v1.7.4

POSTED BY kejar
POSTED IN
DISCUSSION 0 Comments

Sekalinya gua nulis begini

Suatu sore...

Sepasang matanya melihat-lihat pemandangan yang bisa dilihatnya sembari duduk di sofa yang empuk. Aku, hanya duduk di sofa yang lain. Tak jauh. Tak juga berdempetan. Terpisah oleh 1 meja, aku menyesap double espressoku perlahan.

"Kok jadi begini ya, kak....?"
Ujarnya kecil. Tertahan oleh kebingungan sepertinya. Aku hanya tertawa kecil sambil menaruh gelas kopi kecilku diatas tatakannya. Mataku jelalatan mencari gula yang bisa ditambahkan ke kopi pahitku. Blended latte miliknya? Tak tersentuh.

"Tadi ane ajak kesini mau loh kamunya.. kan rencana awal ke kafe yang lain". Ane nyengir.

Memang, rencana awalnya aku dan dia hanya ingin bertukar novel. Kita berdua memiliki kesukaan yang tinggi terhadap buku keren. Namun bukan sekedar genre life joke khas Raditya Dika. Aku, penyuka novel fiksi Bestseller yang tebalnya sekurang-kurang 200 halaman, dan dia adalah penyuka novel dan komik-komik cinta remaja. Dirinya memang punya tampang khas remaja. Rok denim biru menutupi bawahannya yang saat itu lepuh terkena kuah mie ayam, kaus hitam polos lengan panjang, jaket biru, dan kerudung. Sedangkan aku dengan kaus hitam KDRI 'Keyboard', celana bahan hitam, dan jaket Hobby FMA warna merah. Sangat kontras. Aku terlihat sangat tua, apalagi dengan kacamata.

Awal kita hanya bertemu di twitter. Biasalah, siklus follow-followback. Sekedar saling nge-random asal tentang kehidupan sehari-hari. Setelahnya, kita jarang bersapa. Bahkan di twitter sekalipun. Perbedaan umur dan lifestyle yang agak mencolok membuatku malas menyebutnya.

Itu hingga dia mengetahui aku memiliki sebuah novel bestseller New York Times yang memikat rasa sukanya lewat twitpic yang kukirim ke linimasa. Ribut kicauannya meminta 'Berbisnis'.

Akhirnya obrolan beralih ke sms, yang jauh lebih mudah diakses. Kita sepakat untuk bertemu di tempatnya kursus. Janji pun diteken.

Rupanya dia adalah gadis yang sangat ruwet. Di 3 jam -H, dia malah ribut memikirkan harus bawa buku apa untuk dia tukarkan. Aku sendiri menyuruhnya santai, dan just come in time.

Beberapa jam berlalu. Aku sudah sampai. Dia telat. Kekkyoku, aku kembali menunggu. Perjalanan dengan angkot tadi terasa cepat. Ditambah Aku hanya diberi tahu 'Baju kayak di avatar ya kak!' untuk menemukannya. Beberapa kali salah kira orang. Hingga akhirnya mobil yang kucurigai menurunkan seorang gadis. Berlarilah dia menuju bangunan orange itu.

Melihat wajahnya, aku yakin itu orangnya. Setelah kudatangi, dia memegang sesuatu di tangannya.

Rupanya itu teh kotak! Dia di pesannya memang berkata 'kalau aku telat, aku beliin minuman!' kepadaku. Aku tak menyangka dia memegang kata-katanya. Buatku yang selama ini selalu ngembat minuman orang dan jarang dibeliin minuman sama teman, this is quite sweet. Kita kemudian duduk di bangku kantin, dan 'transaksi' pun dimulai.

Kita juga mengobrol soal banyak hal, termasuk homo. Dia gak holding back saat bercanda soal itu. Mungkin gak memikirkan aku yang laki-laki. Aku memakluminya. Hingga pukul 5 sore, dia akhirnya harus masuk kelas kursusnya.

"Males kak. Udah ngobrol kaya gini rupanya jadi males kursus..."
Ah, anak muda. Setelah berbincang tambahan selama 15 menit, dia baru mau masuk kelas. Itupun sedikit kupaksa.

Tak sampai disitu saja. Sebagai teman, kami tetap komunikasi lewat SMS. Beberapa kali di pesannya disebut kalau dia ingin ketemu lagi. mungkin karna racun dari buku yang saya pinjamkan padanya. Akhirnya, didorong faktor hari terakhir di libur lebaran silam, kita bertemu di lokasi yang sama. Namun dengan pengalaman yang berbeda.

Sore itu, seusai berbincang sebentar, dia mengatakan hal yang sama dengan sesi sebelumnya.

Dia: "Kak, aku males kursus lagi nih.."
Aku: "Udah pewe ya... hehehe.."
Dia: "Gimana dong? Aku kalau dipaksa masuk malah ga enak nantinya sama kakak, banyak yang ingin diobrolkan...."
Aku: "Kita bolos aja begimana??"

Entah kenapa saat itu aku pakai kata 'kita'. Rasanya cuma dia yang kursus, sementara aku cuma numpang duduk di depan kantinnya.

Entah racun apa yang baru aku berikan padanya, dia setuju! Dengan syarat tak boleh ketahuan oleh ibunya.

Sudah rahasia umum kalau dia memang sangat sulit untuk keluar sendirian. Fisik lemah karna penyakit yang dideritanya seringkali jadi alasan ibunya melarangnya keluar sendiri. Ini saatnya aku bertanggung jawab dengan racunku sendiri.

Tujuan kita sebenarnya adalah sebuah kafe di mall di kota itu. Namun terdorong oleh rasa penasaran, banyaknya pilihan sambil berjalan dan kantong yang menipis, kita sepakat untuk mengunjungi coffee shop yang aku lupa namanya ini.

Awalnya dia menolak. Tapi dengan sendirinya luluh. Padahal aku tak ngapa-ngapain. Ah sudahlah.

Kita mengambil tempat di lantai atas. Tempat ini suasananya tak beda jauh dengan bar, kurang tepat untuk menghabiskan waktu berdua saja. Apalagi lelaki dan gadis remaja di coffee shop yang sedang sepi adalah pemandangan yang agak aneh. Siapa tau petugasnya berpikiran aneh terhadap kita.

Desain interiornya tak beda jauh dengan coffee shop lain. Dinding kayu coklat di bagian bawah dengan dinding putih di bagian atas, di atapnya banyak lampu yang menciptakan suasana ungu cozy, tak lupa TV yang memainkan sinetron dan speaker yang memainkan Justin Bieber.

Dia sempat mengkritik pemilihan lagu yang katanya membuatnya galau. Aku yang memang tak suka bieber, hanya membalas pendek "sama, ane juga ga suka". Tak lama dia diam, kemudian bicara. Kata-katanya buatku kaget.

"Kak, aku boleh nangis sebentar..?"

Nah lho?
Aku adalah orang yang dibesarkan dengan sugesti "Kamu adalah cucu oma yang paling laki!". Tentunya aku tak pernah ingin membuat seorang wanita menangis. Kecuali ibuku, waktu aku sedang nakal-nakalnya.

"He? Kenapakah?" Ujarku berusaha tampak tenang.
"Aku ingat mantanku, kak..." mendengar itu, aku pun menggigit bibir bawahku. Sebelumnya dia pernah bercerita tentang mantan BF pertamanya itu. Banyak sekali kenangannya, melebihi kenanganku dengan almamater SMPku.

Aku beranjak dari kursiku, dan duduk di sampingnya yang menangkupkan tangannya di atas meja. Samar-samar isak tangis terdengar. Aku mengelus lembut kepalanya..... daaan....

Sayangnya, itu hanya ada dalam imajinasiku.

Kenyataannya, aku hanya tersenyum kepadanya sambil menatap layar laptop yang sudah terhubung ke twitter. Beralih pandangku sebentar, dan posisi gadis di depanku masih sama. Menelungkup. Terisak.

Aku berinisiatif membuka situs komikmomo untuk menghiburnya. Setelah terbuka, aku memanggilnya untuk melihat komik tentang laki yang ga bisa move on itu.

Lumayanlah. Dia tertawa membaca komik-komik itu. "Terobati sedikit.", pikirku.

Aku kembali menyesap kopi perlahan. Tiba-tiba aku teringat filosofi kopi dari kisah SK2H. Segera kujelaskan filosofi itu. Aku menghabiskan sekitar 30 menit menjelaskan filosofi kopi itu.

Kemudian, Dia mempertanyakan aplikasi filosofi tersebut dalam hidupku. Aku enggan menyebutnya di tulisan ini. Intinya aku mengatakannya :-D

Kembali kami mengobrol ringan. Hingga terdengar gelak tawa wanita dari sebelah kami. Sontak kami menoleh, dan menemukan seorang ibu bersama bapak-bapak di meja seberang mengobrol berisik. Tak lama kemudian dia meminta password wifi coffee shop itu, yang kubalas dengan cepat, menyela waiternya sendiri.

Yah, aku memang songong.

Kami memutuskan untuk pulang, karna sudah menjelang pukul 7. Dia harus keluar bersama teman-teman kursusnya agar tak menarik perhatian.

Kita turun, sempat bercanda sebentar di tangga, hendak membayar. Di kasir, kita beradu argumen akan siapa yang akan membayar blended latte dan double espresso pesanan kami. Sampai dorong-dorongan. Kasirnya hanya nyengir. Pasrah sepertinya... hehe

Sesaat setelah keluar dari coffee shop, dia mengambil handset-nya dan tak lama kemudian air mukanya berubah kelam. Aku melongok dengan tampang bodoh yang artinya "Kenapakah?"

"Ibuku nunggu di luar, kak..." ow rupanya ibunya mengirim BBM memberitahukan lokasinya menunggu. Sialnya setelah dilihat, itu berlawan arah dengan escape route kami.

Gawat.

Aku sudah tau resiko kalau dia ketahuan bolos. Runyam. Bisa-bisa kita tak punya kesempatan bertemu lagi.

Tanpa dikomando, aku melepas jaket merahku dan memakaikan jaket itu padanya. Jaket XXL ku melorot di tubuhnya yang mungil. Dia menunduk, takut wajahnya ketahuan. Aku menarik perutku ke dalam, menyamarkan lemak sebagai otot. (Jah)

Kami berjalan agak jauh, menghindar dari jarak 'merah', barulah kami menyeberang. Sepanjang 'gerakan-menghindari-jarak-merah', tangannya seperti ingin menggamit lenganku. Namun karna kurang pengalaman soal beginian, aku hanya memegang lengannya saat menyeberang. Maklum, jalur kota itu memang lebar.

Akhirnya kami sampai di tempat kursusnya. Aman. Sempat dikira 'lagi PDKT', kami berpisah. Aku terbirit-terbirit mencari musholla, lupa solat maghrib... (-_- )

Dari saat itu, kami belum bertatap muka lagi. Hanya via telepon atau sms. Hingga akhirnya, aku memasuki masa 'hape-gak-dipake-sms' belum lama ini. Kami sempat lost contact beberapa saat.

Saat kami kembali in contact, aku menanyakan kabarnya. "Pusing, kak.." katanya. Saat aku menanyakan kenapa, dia bilang padaku bahwa dia sudah akan memiliki BF baru.

Aku turut senang. Setelah selama ini tak bisa move on, akhirnya dia belajar melupakan. Aku menyelamatinya.

Kemudian, muncullah SMS itu. "Kemungkinan aku dan kakak akan jarang berhubungan (read: sms), bisa-bisa sampe lost contact".

Truthfully, i'm scared. That's the worst-case-scenarion that i never wanna get into. So, i phoned her, and clarified that bond of friendship shall never break apart. She agreed with me, and promised to keep in touch with. But still, that chance of me losing her as a friend horrified me for the whole 12 hour. But thankfully i'm able to get under that and finally calmed down.

Shiteiru ka, hime? Tomodachi wa kizuna. Zettai yaburenai nda. Sore wa ore no shinjita mono. Hontou no koto da.

Thankfully, that never happened. We're still keeping in touch of each other, although i understand that she limit the frequencies of her text to me. I totally understand that.

Well, buat yang kemaren penasaran karna gua bertampang galau gini, now you know why :-)

Published with Blogger-droid v1.7.4

POSTED BY kejar
POSTED IN
DISCUSSION 0 Comments
Diberdayakan oleh Blogger.